LeT's LeaRn wiTH Me

This blog is all about Psychology and Korean :)

Aplikasi Psikologi Sosial 21/05/2010

Filed under: Psikologi Sosial — jungjera @ 9:10 AM
Tags:

Psikologi sosial mempunyai 3 ruang lingkup, yaitu:

  1. studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya: studi tentang persepsi, motivasi proses belajar, atribusi (sifat).
  2. studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial, perilaku meniru dan lain-lain.
  3. studi tentang interaksi kelompok, misalnya: kepemimpinan, komunikasi hubungan kekuasaan, kerjasama, persaingan, konflik.
  • Bidang Hukum

Contoh aplikasi psikologi sosial di bawah ini terkait dengan hal psikologi forensik. Berikut adalah contoh dari aplikasi psikologi sosial dalam bidang hukum :

Psikologi Sosial Dalam Proses Investigasi Kasus Tindak Pidana
Menurut DR. Yusti Probowati (dari FPSI Univ.Surabaya, beliau adalah Ketua Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia – HIMPSI,  Asosiasi ini baru dibentuk pada bulan Desember 2007 ), Proses peradilan pidana membutuhkan informasi dari saksi, korban, dan tersangka. Karena baik polisi, jaksa, maupun hakim tidak melihat sendiri kejadian perkara. Tetapi polisi, jaksa, dan hakim harus membuat keputusan berdasarkan informasi yang ada. Oleh karena itu peran saksi menjadi penting. Dalam konsep psikologi, memori saksi sangat rentan karena banyak faktor yang menyebabkan informasi menjadi kurang akurat. Dibutuhkan teknik psikologi untuk mengurangi bias informasi yang terjadi. Dua teknik yang biasa digunakan adalah hipnosis dan wawancara kognitif. Untuk dapat melakukan kedua teknik ini dibutuhkan ketrampilan. Disinilah psikologi forensik diperlukan untuk memberikan pelatihan keterampilan tersebut. Teknik ini terutama diperlukan saat penggalian kesaksian awal (di kepolisian), karena pada saat itulah Berita Acara Pemeriksaan disusun. Hal yang membuat sulit adalah polisi selama ini sudah terbiasa melakukan interogasi dengan pertanyaan-pertanyaan yang menuntun dan menekan.
Begitu luasnya bidang kajian psikologi hukum, maka Blackburn (dalam Bartol & Bartol, 1994; Kapardis, 1995) membagi bidang tersebut menjadi tiga bidang: psychology in law, psychologi and law, psychology of law. Psychology in law, merupakan aplikasi praktis psikologi dalam bidang hukum seperti psikolog diundang menjadi saksi ahli dalam proses peradilan. Psychology and law, meliputi bidang psycho-legal research yaitu penelitian tentang individu yang terkait dengan hukum seperti hakim, jaksa, pengacara, terdakwa. Psychology of law, hubungan hukum dan psikologi lebih abstrak, hukum sebagai penentu perilaku. Isu yang dikaji antara lain bagaimana masyarakat mempengaruhi hukum dan bagaimana hukum mempengaruhi masyarakat. Pendapat DR. Yusti Probowati di atas merupakan salah satu kajian psikologi hukum pada bidang psychology and law, karena psikologi berusaha menjelaskan proses pencarian kebenaran dalam investigasi perkara pidana.
DR. Yusti Probowati, dalam pembahasan “Memahami Proses Kognitif Manusia”, mengemukakan salah satu hal yang menarik bahwa salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses retrieval adalah Stereotipe. Masalah stereotipe, diteliti oleh Probowati (2005) dan menemukan bahwa hakim Indonesia yang pribumi memiliki steretipe negatif terhadap terdakwa etnis Tionghoa. Zubaidah, Probowati, & Sutrisno (2007) menemukan hakim (baik laki-laki dan perempuan) memiliki stereotipe negatif terhadap terdakwa perempuan dengan memberikan hukuman yang lebih berat. Stereotipe juga terjadi pada saksi.

Psikologi Sosial Dalam Dunia Peradilan

Prof. Adrianus Meliala, Ph.D. (dari Departemen Kriminologi FISIP UI, beliau adalah Board Member Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia-HIMPSI) berpendapat bahwa Psikolog dapat amat membantu kepolisian dalam rangka membangun database terkait psychological profilling dari para calon tersangka atau menginterpretasikan sesuatu yang ditemukan di tempat kejadian perkara secara psikologis sehingga dapat menjadi barang bukti (psychological evidences).

Dalam rangka peran psikolog selaku hakim ad-hoc, terkait kasus-kasus dengan muatan psikologik yang berat, sudah sepantasnya psikolog tidak hanya hadir sebagai saksi ahli tetapi menjadi hakim itu sendiri.

Psikologi juga memiliki kemampuan untuk menjadikan hakim kembali humanis dan peka dengan permasalahan-permasalahan kepribadian dan kemanusiaan pada umumnya. Bisa dibayangkan, akan terdapat peningkatan kualitas persidangan apabila psikologi berkesempatan memfokuskan diri pada hakim mengingat pada diri hakim terdapat kewenangan besar untuk mengendalikan percakapan, menginterogasi sekaligus memutus perkara.

  • BIDANG KESEHATAN

Contoh aplikasi psikologi sosial dalam bidang kesehatan di bawah ini termasuk dalam ruang lingkup studi tentang proses–proses individual bersama, misalnya sikap sosial. Beberapa contoh dari aplikasi psikologi sosial dalam bidang kesehatan adalah:

Pendampingan Terhadap Orang Yang Mengalami Masalah Sosial

Misalnya orang yang mengalami diskriminasi yaitu ODHA (orang dengan HIV AIDS). ODHA mengalami diskriminasi karena orang–orang normal takut tertular. Orang–orang normal banyak yang menjauhi dan mengucilkan ODHA, padahal ODHA sangat butuh dukungan dari orang–orang yang ada di lingkungan sekitar terutama dari keluarga. Pendampingan dilakukan dengan cara mendekati agar beban psikologis ODHA dapat berkurang. Pendampingan dimaksudkan agar ODHA bisa membuka dirinya kepada orang lain (self disclosure) sehingga ODHA dapat mencapai psychological well being.

Pendampingan Terhadap Orang Yang Mengalami Gangguan Stres Pasca Trauma

Menurut  Zainun Mu’tadin, SPsi., Msi gangguan Stres Pasca Trauma merupakan gangguan mental pada seseorang yang muncul setelah mengalami suatu pengalaman traumatik dalam kehidupan atau suatu peristiwa yang mengancam keselamatan jiwanya. Sebagai contoh peristiwa perang, perkosaan atau penyerangan secara seksual, serangan yang melukai tubuh, penyiksaan, penganiayaan anak, peristiwa bencana alam seperti : gempa bumi, tanah longsor, banjir bandang, kecelakaan lalu lintas atau musibah pesawat jatuh. Orang yang mengalami sebagai saksi hidup kemungkinan akan mengalami gangguan stres (Bufka & Barlow, 2006:1).

Pendampingan yang dilakukan adalah mencari dan memberikan dukungan sosial dengan cara melakukan kontak agar dapat mengurangi perasaan sedih (distress); kontak hubungan dapat dilakukan dengan anggota keluarga, teman atau dengan sesama korban; anak-anak dan para remaja dapat ketenangan dan hal positif bila dapat berkumpul dengan teman sebayanya; berbagi waktu bersama mereka dan mendengarkan cerita dengan seksama. Banyak orang dapat pulih dengan baik ketika merasa diterima dan dimengerti oleh orang lain. Beberapa memilih untuk tidak banyak menceritakan pengalamannya, dan beberapa mungkin sebaliknya mendiskusikanya sampai berulang kali. Membicarakan kejadian yang terjadi akibat bencana dapat sedikit membantu, bersamaan dengan hal itu, hanya dengan berbagi waktu bersamanya dapat membuatnya merasa dekat dan diterima, walau tanpa berkata-kata dapat merasa lebih baik.

  • BIDANG BISNIS

Contoh aplikasi psikologi sosial dalam bidang bisnis di bawah ini termasuk dalam ruang lingkup studi tentang interaksi kelompok, misalnya: kepemimpinan, komunikasi, kerjasama, persaingan, konflik.

Aplikasi psikologi sosial dalam bidang bisnis banyak terjadi pada dunia kerja. Berikut adalah contohnya :

Pada Proses Training Karyawan

Training di perusahaan dimaksudkan untuk memberikan bekal keterampilan, untuk mengenali konsep diri masing – masing (individu pekerja), dan untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki oleh seorang karyawan. Diharapkan dengan adanya training dapat meningkatkan motivasi kerja dan produktivitas karyawan. Dari hasil training, seorang staff recruitment dapat menempatkan pekerja pada posisi yang tepat.

Pada Proses Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan ini sering terjadi pada bidang bisnis. Seorang businessman selalu mengambil keputusan terkait dengan langkah apa yang harus ia tempuh untuk memajukan usahanya. Hal tersebut juga berlaku pada direktur perusahaan. Mereka berembuk untuk mengambil keputusan kelompok ( group ) atau yang biasa disebut group decision.

Proses pengambilan keputusan ini juga dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan (Leadership). Ada pemimpin yang demokratis (mau nerima saran dan kritik), otoriter (semaunya sendiri), dan permissive (pasrah, nurut). Ada juga pemimpin yang berorientasi pada tugas (tidak memperdulikan perasaan karyawannya, prioritas tertinggi adalah keberhasilan kerja, tidak menekankan hubungan/relasi) dan pemimpin yang berorientasi pada hubungan (menjalin hubungan yang baik dengan karyawan; semua pendapat, saran, dan kritik ditampung; menempatkan relasi ditempat pertama dan penyelesaian tugas di tempat kedua).

Source:

Aplikasi Psikologi Sosial  (http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi#Wilayah_ Aplikasi_Psikologi)

Forensik Psikologi di Indonesia (http://www.apakabar.ws/forums/viewtopic.php?p=103198& sid=3d1496e 4dce4b8cbcd2cc2c60c3b96f5#103198)

Gangguan Stres Pasca Trauma (http://www.e-psikologi.com/ sosial/280706.htm)